Profile
BELAJAR DARI NICHO
Saya pernah penasaran, mengapa akhir akhir ini teman teman S1 bisa menjadi begitu agresif. Begitu banyak nama yang sangat familiar dalam pikiran saya. Beberapa memang telah saya kenal semasa sekolah dulu, seperti Sentot, Rino, Agung, Yanto, Nicho, Rachmat, Dharto. Terus ada yang memang sudah ngetop dari sononya seperti Naipa, To An, Hendarwijanto tentu saya tahu.
Tapi mereka yang tidak mengenal saya. Tetapi sekarang ada majelis yang amat kencang gaungnya, seperti Warso, Inge, Tuty, Helen, Anna, Dyah, Johanes Kwa, Lana, Wiet, Lily Kogin dll. Jumlah nama nama rekan S1 yang saya sebut diatas amat banyak jika di bandingkan dengan jumlah yang dapat saya ingat dari kelas lain diluar P1, asal muasal saya.
Nama nama diatas adalah bagian terpenting dengan tidak mengecilkan peranan seluruh elemen angkatan 81 dalam mewujudkan reuni. Opini dan lobby mereka amat mendominasi. Tetapi ada satu nama yang kerap di sebut sebut, yang request request nya cukup tajam, tetapi selalu disampaikan oleh rekan rekan se kelasnya sebagai mediator. Sosoknya sendiri tidak pernah muncul. Baru bulan lalu setelah bertemu langsung, ternyata orang nya adalah benar seperti yang saya sangkakan sebelumnya. Nicho!.
Dari pertemuan saya dengan Nicho beberapa minggu lalu, saya baru agak lega dari penasaran saya. Nicho mengatakan bahwa Saya, Tjahyadi, Stefi, Soemi, Teter yang hadir pertamakali dalam rapat pembentukan panitia Reuni sebenarnya adalah rapat kali ketiga. Rapat pertama dan kedua dihadiri Nicho, tetapi tidak yang kali ke tiga dan seterusnya karena… < read more >
BELAJAR DARI WITARMIN
Halaman depan sebagai tempat parkir di Delta Plaza (sekarang Plaza Surabaya) masih sepi. Dengan mudah saya dapat memilih spot parkir yang favorit. Udara rada rada mendung. Sebenarnya saat seperti itu lebih enak kalau dibuat nongkrong dirumah sambil sarapan yang enak. Tetapi sepertinya ada energi besar yang bisa mengalahkan segala godaan itu. Dorongan yang timbul dari ambisi seorang anak muda …. Ya, karena saat itu tahun 1992 an sekitar jam 8.30 pagi. Saya datang pagi pagi ke Delta Plaza karena memiliki kantor disana. Pikiran saya telah penuh dengan janji, rencana, dan perintah yang harus segera saya hamburkan sesaat setelah saya buka pintu kantor. Mobil saya parkir dekat dengan outlet Dunkin Dunnut.
Saya sudah terbiasa langsung otomatis berjalan ke kiri meyusuri samping oulet roti gelang itu. Pintu utama pasti belum buka, memang kalangan manajemen toko harus lewat pintu samping yang biasa digunakan cleaning service. Cuma pagi itu ada yang tidak biasa. Perasaan saya yang biasanya bebal dan tidak peka terhadap alam sekitar. tiba tiba kali ini mendapat cobaan.
Pikiran yang lagi fokus di tengah bisnis yang sedang booming, tiba tiba dapat di interupsi. Saya mendengar suara tangisan yang keras!…..saya menoleh, saya lihat seorang anak dimana dari kotak kayu yang ada disampingnya, saya tahu ia seorang tukang semir sepatu. Spontan saya Tanya: “Kenapa? “……”Uang saya dirampas sama anak anak yang lebih besar!” jawabnya didalam tangis yang bercampur kesal, marah dan hopeless….”Berapa?” Tanya saya lagi dengan cepat pula. “Tiga puluh ribu ” jawabnya tanpa menoleh ke saya. Mungkin di benaknya, saya adalah orang yang beruntung dapat suguhan gratis menikmati drama di pagi hari itu. Tanpa membuang waktu saya ambil uang di dompet, saya letakkan selembar sepuluh ribuan di atas kotak semirnya. Dia tertegun sejenak untuk melihat ke saya. Ia berhenti menangis dan tidak terlihat lagi sisa amarahnya. Sayapun bergegas berlalu tanpa menoleh lagi sambil harus me re memori lagi apa apa yang harus saya lakukan di kantor , that’s it, that’s all……..delta plaza masih tetap sepi.
Nah ketika menjelang sore saya baru sadar dan menyesal. Sampai hari inipun saya masih menyesal sehingga saya … < read more >
RUFINUS (P3) ….. 911 MIGRATION
Teman teman selain dari IPA 3 apakah Pernah mendengar namanya? Rufinus Dwi Sahari. Kalau belum sebaiknya anda mengenalnya. Jangan hanya membaca artikel ini sambil lalu, kemudian setengah jalan telpon HP anda berdering terus lupa baca terusannya, sekali lagi jangan. Yang kita maksudkan adalah catat namanya segera , ini nomor HP nya, 0812 3040 7778, kasih inisial “Imigrasi” sebagai penanda klasifikasi dikolom kontak HP anda ……….. Ya, ke Imigrasian. Suatu saat anda atau rekan dekat anda bisa sangat terbantu dengan data nomor kontaknya ini.
Setelah anda melakukan prosedur diatas, mari kita bincang bincang lagi. Kali ini lebih santai. Kalau ada interupsi, it’s OK …… nanti kita lanjutkan. Rufinus adalah sebuah figur ke tiga yang kita angkat sebagai profil yang mewakili keunikan dan kekayaan komunitas kita setelah Hermine Chan dan Poo Tjien Sie. Kami telah lama ingin mendapat kesempatan untuk tahu lebih dalam dengan teman yang banyak senyumnya ini . Orangnya luwes. Bagi anda anda yang sering ke kantor Imigrasi Kelas I jawa Timur di … < read more >
An Evening with LIFIA TEGUH ……….LEARN FROM the HUMBLE
Saat kami tiba, segala sesuatunya nampak sangat sempit dan sesak, area parkir meluber jauh di jalan raya, Tjahjadi (P5) sampai harus balik kanan untuk menyerah tidak kebagian rongga parkir. Ia dan keluarga agak terlambat. Pengunjung nya berjubel dan berdesakan dari segala umur!
Tiga unit AC tidak dapat menyejukkan ruang pertunjukkan, Dalam hati kami bertanya, mengapa pertunjukan Piano berbobot, yang memainkan komposisi sekelas Bach, Mozart, Chopin ini diadakan di CCCL – Pusat Kebudayaan Perancis jalan Darmo kali ?
Mestinya diadakan di tempat yang modern, luas, dingin, terang, kedap suara dan ….harum (sbg syarat fasilitas modern) seperti di tempat reuni kita misalnya. Belum lagi kita terbengong melihat anak anak yang duduk manis dan tidak resah. Bayangan kita , mestinya anak balita sudah gerah dan merengek minta keluar dan lanjut bermain ke mall! Untung Tjahjadi keburu pulang. Anaknya juga balita, pikir kami. Tapi Anak anak ini terlihat tenang dan sabar dalam menyimak setiap sesi, padahal suasana interior gedungnya becorak klasik dan suram seperti di film Harry Potter. Rekan kami Stefanus (P4) yang akan mengambil gambar untuk Web kita ini, tidak dapat memiliki kesempatan untuk menemukan sudut yang layak. < read more >
POO TJIAN SIE ………………..UP TO THE SKY
Eugene B.Sledge, dalam buku nya “With The old Breed: at Peleliu and Okinawa”,digambarkan sangat cantik dalam film seri HBO “the Pasific” , begitu gelisah ketika ditahun 1945 Ia bisa selamat dari perang dan menyadari bahwa banyak dari temannya telah gugur.
Ia gelisah akan jawaban apa artinya Ia bisa hidup dan pulang, dibanding teman teman nya yang tewas? Apa yang hidup berarti “Hebat” sedang yang tewas adalah “gagal”? Atau ini tentang “keberuntungan” dan “kesialan” ?. Atau yang hidup adalah “pahlawan” atau sebaliknya yang terkubur yang pahlawan? …..Bukankah ketika berangkat ke medan perang mereka bersama sama seperti layaknya sebuah “tour” dengan destinasi yang sama.
Mengapa dipenghujungnya banyak yang harus kembali kealam baka . Apalah arti “Kejayaan” perang ketika Ia harus konsisten menggali lubang perlindungan manakala tanah yang digali ada mayat serdadu Jepang yang masih “baru” didalamnya. Apa yang harus di banggakan sebagai “Kemenangan” ketika Ia masuk dalam kumpulan orang yang getol mencabut gigi emas di mulut tentara musuh yang masih meregang nyawa. < read more >
HERMINE CHAN … The Amazing Journey
Terlewat dari acara reunian kita, tidak lah mengesankan pribadi yang mudah dilewatkan untuk berbincang. Kesan Wanita yang matang dan mandiri yang terpancar dari cara berkomunikasi persuasifnya ataupun lewat media tulis untuk mengekspresikan apa yang dikehendaki maupun dipikirkan, cukup menarik. Ia ternyata berdomisili di Singapura. Namanya kini Hermine Chan, dulu kita mengenalnya sebagai Hermin Saksono.
Kami menyapanya dengan pembuka betapa menyesalnya kami, khususnya teman teman P1 karena Hermine baru “ditemukan” setelah pesta gempita reuni usai. Dan kita berusaha untuk meyakinkan bahwa itu jauh lebih baik daripada total lost dari pelacakan kita. Terimakasih kepada Facebook dan terimakasih kepada Anna Lukito (p1) atas responnya kepada Hermine. Kami menawarkan kepada Hermine bahwa masih ada kesempatan untuk menjadi bagian dari Reuni yang terlewat dengan berpartisipasi dalam menyumbang dana. Dana tersebut selanjutnya akan di manifestasikan dalam bentuk tampilan-exposure yang proporsional di Buku Kenangan. Responnya mencengangkan untuk kelas donasi orang yang telat ikut reuni……. Dana nya ada di urutan paling akhir yang masuk rekening UGD (Unit Golek Duwit). Transfer dana yang diberi catatan “tidak untuk exposure” di buku kenangan itu jumlahnya cukup buat bayar lebih dari 20 % budget untuk mencetak 400 an eksemplar buku kenangan itu sendiri. < read more >
Last Comments